Wednesday, July 18, 2007

STUDI PELESTARIAN KAWASAN AMPEL KOTA SURABAYA

I. Rakhmawati* , Antariksa** , dan I.R. Dwi Ari***


ABSTRAK

Kawasan Ampel adalah salah satu dari tiga sub kawasan (Kawasan Kembang Jepun dan Kawasan Jembatan Merah); yang membentuk Kawasan Kota Lama Surabaya. Sejak jaman pra Kolonial Belanda (Abad XV), Kawasan Ampel identik dengan budaya Arab (Islam) yang dikenal berkat adanya Masjid Agung Ampel. Kawasan Ampel dibatasi oleh tiga koridor, yaitu Koridor KH Mas Mansyur, Nyamplungan, dan Danakarya. Ketiga koridor tersebut merupakan koridor utama di Kawasan Ampel bersama dengan Koridor Sasak. Keempat koridor tersebut merupakan akses utama menuju dan keluar dari Komplek Masjid Agung Ampel dan Koridor Sasak merupakan akses utama menuju komplek Masjid Agung Ampel dari arah Selatan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Lilananda, disebutkan bahwa di sepanjang koridor yang membatasi Kawasan Ampel (Koridor KH Mas Mansyur, Nyamplungan, dan Danakarya) tumbuh berbagai gaya arsitektur yang tidak hanya menampilkan gaya arsitektur Timur Tengah (Arab) tetapi juga Kolonial (Eropa), Cina, dan Tradisional. Hal yang sama juga ditemukan di sepanjang Koridor Sasak yang “membelah” Kawasan Ampel di bagian Selatan.
Bangunan–bangunan kuno di koridor utama Kawasan Ampel dengan keragaman gaya arsitekturnya tersebut tidak seluruhnya berada dalam keadaan layak atau terawat. Kondisi demikian juga terjadi pada beberapa bangunan kuno yang termasuk benda cagar budaya yang dilindungi. Seiring dengan telah dilaksanakannya Revitalisasi Kawasan Ampel yang berorientasi pada aspek wisata maka bangunan–bangunan di koridor utama Kawasan Ampel menghadapi dua kemungkinan. Pertama, bangunan–bangunan tersebut dipandang sebagai asset berharga karena kehadirannya dapat memperkuat image Kawasan Ampel sebagai kota tua melalui view yang diciptakan ketika pengunjung mulai masuk ke Kawasan Ampel. Kedua, eksistensi bangunan kuno yang ada semakin terancam karena adanya pengubahan bentuk dan gaya bangunan menjadi modern karena ditujukan untuk lebih menarik perhatian pengunjung yang datang ke Kawasan Ampel. Hal inilah yang terjadi pada bangunan kuno di koridor utama Kawasan Ampel yang lebih dari 50 % nya berupa toko dan ruko.

Kata Kunci: pelestarian, koridor, bangunan kuno


ABSTRACT

Ampel area is one of three sub areas (Kembang Jepun and Jembatan Merah areas) that forming old Surabaya city area. Since Pre Dutch Colonial (Century of XV), Ampel area is identical with Arabic culture (Islam) that well known with the existence of Ampel Agung Mosque. Ampel area is bordered by three corridors that are KH Mas Mansyur, Nyamplungan and Sasak Corridors. The three corridors are the main corridors in Ampel area together with Sasak corridor. The four corridors are the main access toward and outward from Ampel Agung Mosque Complex and Sasak corridor constitutes the main access toward Ampel Agung Mosque from south direction. Based on previous study conducted by Lilananda, it is said that in along corridors that border Ampel area (corridor of KH Mas Mansyur, Nyamplungan, and Danakarya) grow various architecture styles that not only performing Middle East style (Arab) but also Colonial style (Europe), China, and Traditional. The same feature is also found in along Sasak Corridor that split Ampel Area in south part.
The ancient buildings in the main corridor of Ampel area and its various architecture styles are not in proper and cared condition. The similar condition is also found in many ancient buildings that considered as culture preserves protected. Along with the enforcing of Ampel area revitalization orienting on tourism aspect makes buildings in the main corridor of Ampel area face two possibilities. First, the buildings are regarded as worthy asset because their existence can reinforce Ampel Area image as an old city view when visitors come to the Ampel area. Second, the existence of the ancient buildings will be more threatening with the alteration of building form and style to modern style aiming to be more attracting visitors coming to Ampel area. The later happened in the ancient buildings in the main corridor of Ampel area with more than 50% are shops and shop houses.

Key Words: conservation, corridor, ancient building


*Indah Rakhmawati, Alumni Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota fakultas teknik Universitas Brawijaya
**Ir. Antariksa, MEng., PhD, Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
***Ir. Ismu Rini Dwi Ari, MT, Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya


Indah Rakhmawati, Antariksa, Ismu Rini Dwi Ari, 2006. Studi Pelestarian Kawasan Ampel Kota Surabaya, JURNAL TEKNIK Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Volume XIII, No. 2, Agustus, hlm. 115-127. ISSN: 0854-2139.

No comments: