Tuesday, August 28, 2007

PELESTARIAN KAWASAN KERATON KASEPUHAN CIREBON

Erwin Ibrahim[1], Antariksa[2], dan Ismu Rini Dwi Ari[3]


ABSTRAK

Tujuan studi pelestarian kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon ini, adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan kawasan keraton dari awal berdirinya keraton 1529 – 2004, dan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian di Kawasan Keraton.
Metode penelitian yang digunakan dalam proses analisis, yaitu metode analisis diakronik kawasan, analisis sinkronik–diakronik kawasan dan metode analisis penentuan faktor kendala kegiatan pelestarian. Data yang digunakan berupa data sekunder didapatkan dari instansi serta studi kepustakaan yang terkait. Data primer didapatkan melalui observasi lapangan, wawancara, dan penyebaran kuisoner.
Kendala kegiatan pelestarian berdasarkan fisik kawasan, politik, ekonomi, sosial, antara lain, adanya lingkungan dalam kawasan yang dalam perubahannya menyebabkan hilangnya bangunan-bangunan lama atau elemen-elemen penting yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Ketiadaan payung hukum (perda) yang melandasi kegiatan pelestarian termasuk terkait dengan hak dan kewajiban dalam menjaga kegiatan pelestarian. Sumber pendanaan yang terbatas dan tidak adanya pengelolaan pembiayaan kawasan keraton, serta adanya ketidak jelasan sumber pendanaan yang berasal dari pemerintah. Hampir 16% dari masyarakat Kawasan Baluarti tidak mengetahui tentang sejarah kawasan serta memiliki persepsi bahwa tidak penting mengetahui sejarah kawasan.

Kata kunci: pelestarian, kawasan keraton.

ABSTRACT
The aims of this preservation study of Kraton Kasepuhan Cirebon area are to identify and analysis the development area of keraton from the existed beginning of keraton from 1529 up to 2004, and to identify and analysis the factors which flattering restriction implementation of preservation activity.
The research method used in this analysis process is diachronic analysis area, synchronic-diachronic analysis area, and analysis method to make a decision restriction of preservation activity. The data used is secondary data obtain from administration authority interrelated along with literature study. Primary data is set up from field observation, interview, and questionnaire distribution.
The restriction of preservation activity is based on physical area, politic, economic, and social, among others the existence of environment in the area which change cause of lost of ancient building or significant elements which become distinctive feature. The lack of law protection base on preservation activity included interrelatedness through right and obligation in keeping preservation activity. The foundation of funding which limited and not presence management financing area of keraton, along with obscurity source of financing that come from government. Almost 16% of citizen of Baluarti area not know about historical area along with possess perception that is not necessary to know an historical area.

Keywords: preservation, area of keraton.

[1] Alumnus Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
[2] Dosen Jurusan Arsitektur dan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
[3] Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Erwin Ibrahim, Antariksa dan Ismu Rini Dwi Ari, 2007. Pelestarian Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon, Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia, Vol. 17, No. 1, Februari, hlm. 48-66. ISSN: 0853-9723.